Hasil EOF Mode 1 menunjukkan pola spasial anomali curah hujan yang cukup jelas di wilayah Indonesia bagian barat hingga tengah, terutama meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan bagian barat, dan sebagian Sulawesi. Amplitudo yang dominan positif dengan nilai mencapai sekitar 0.06 menandakan bahwa pola utama variabilitas curah hujan di wilayah ini lebih terkonsentrasi pada area tersebut. Karena ini adalah mode pertama, maka ia merepresentasikan kontribusi varians terbesar dalam data, sehingga pola ini dapat dianggap sebagai representasi utama dinamika curah hujan di wilayah penelitian.
Secara klimatologis, pola EOF 1 umumnya mencerminkan pengaruh sistem iklim berskala besar, seperti ENSO (El Niño–Southern Oscillation) atau Indian Ocean Dipole (IOD), yang kuat memengaruhi curah hujan di Indonesia. Wilayah dengan amplitudo tinggi menunjukkan area yang sangat sensitif terhadap perubahan iklim global tersebut, sehingga anomali curah hujan di daerah ini sering dijadikan indikator awal dalam memantau kejadian iklim ekstrem. Dengan demikian, EOF Mode 1 tidak hanya memberikan gambaran distribusi spasial utama curah hujan, tetapi juga menjadi dasar untuk memahami hubungan antara variabilitas global dan respon regional di Indonesia.